Toyota Soluna Pakai BBM Oktan Tinggi, Bikin Performa Mantap Atau Berdampak Negatif?

Abdul Aziz Masindo - Senin, 6 September 2021 | 08:00 WIB

Toyota Soluna (Abdul Aziz Masindo - )

Otoseken.id - Toyota Soluna memakai bahan bakar oktan tinggi di atas RON (Research Octane Number) 90, seperti Pertamax (RON 92), atau bahkan Pertamax Turbo (RON 98), apakah bisa meningkatkan performa mesin Soluna atau malah berdampak buruk?

Dedi Wahyudi Owner bengkel spesialis Kandang Soluna di Jati Asih, Bekasi, menyarankan pemakaian bahan bakar untuk Soluna cukup menggunakan RON 90 atau setara Pertalite.

"Soluna mesinnya kan turunan dari Great Corolla dan All New Corolla, cuma beda di kapasitas mesinnya saja, karena mesin mobil tua sebaiknya pakai Pertalite saja, sesuai kebutuhan mesin," kata Dedi yang bengkelnya jadi andalan anak club Soluna ini.

Toyota Soluna dengan mesin 1.500 cc berkode 5A-FE 4-silinder tersebut memiliki kompresi 9,5:1, artinya disarankan untuk menggunakan bahan bakar sekelas Pertalite dengan RON atau oktan 90.

Abdul Aziz masindo/Otoseken.id
Mesin 5A-FE Toyota Soluna

Baca Juga: Jangan Sampai Terkecoh, Toyota Soluna Tipe GLi Juga Ada Bekas Taksi, Ini Tips Biar Tak Ditipu

Dedi melanjutkan, jika dipaksakan menenggak bahan bakar dengan oktan yang lebih tinggi, bukannya meningkatkan performa mesin justru malah berdampak negatif pada mesin Soluna.

Sebab penggunaan bahan bakar yang tidak sesuai rekomendasi pabrikan dengan oktan yang terlalu tinggi, dapat menimbulkan kerak pada mesin karena pambakaran yang tidak sempurna.

Hal ini senada yang diungkapkan Nurkholis, National Technical Leader PT Toyota Astra Motor (TAM) yang dikutip dari GridOto.com beberapa waktu lalu, menurutnya pembakaran tidak akan sempurna jika nilai oktan yang terkandung di dalam bensin terlalu tinggi dan tak sesuai rekomendasi pabrikan.

"Kalau kita pakai bahan bakar yang sesuai rekomendasi pabrikan, maka harapannya pembakaran BBM itu bisa dikontrol. Pembakaran yang bisa dikontrol seperti apa? Untuk mesin bensin, adalah ketika pengapian lalu (bahan bakar) habis terbakar," ucap Nurkholis.

"Kalau tidak terbakar secara sempurna, maka akan ada sisa-sisa partikel yang tidak habis terbakar. Sisa pembakaran itu akan berefek pada emisinya, sensornya tertutup kerak dan lain sebagainya," tutupnya.