Tuas transmisi panjang menjaga pengemudi agar tetap mudah menjangkaunya. Kabin belakang Ayla terasa sangat luas.
Selain karena dimensi kabin, menipisnya sandaran bangku menyumbang ke san lapang. Termasuk pula alas jok belakang yang panjangnya dikurangi.
Sedikit rendah, tapi tetap nyaman ketika diduduki. Bagasi Ayla juga termasuk sangat lega di kelasnya.
Baca Juga: Pilihan LCGC Bekas: Brio vs Agya vs Ayla, Mana Yang Paling Irit?
Mesin 998 cc 3-silinder Ayla bertenaga 65 dk di 6.000 rpm dan torsi 88 Nm di 3.600 rpm.
Sebagai penerus tenaga digunakan transmisi matik 4- speed. Suara mesin terdengar cukup jelas di kabin. Termasuk desingan khas mesin 3-silinder.
Respons mesin di putaran bawah terasa memadai untuk mobil seberat 765 kg. Ditambah rasio final gear 4,485, Ayla terasa pas saat kondisi ‘stop and go’.
Hal tersebut tercermin dari figur akselerasi Ayla. Si mungil ini sanggup menuntaskan akselerasi 0-100 km/jam hanya dalam tempo 16,53 detik.
Akselerasi di kecepatan menengahnya juga cukup memadai.
Ayla terasa menyenangkan di jalan dalam kota. Keunggulan tersebut berkorelasi positif dengan konsumsi BBM dalam kota.
Memang, teknologi mesin dan transmisinya masih konvensional. Tapi ia sanggup mencatat konsumsi BBM dalam kota 13,5 km/l.
Di rute tol, mengandalkan mesin 3-silinder dengan kapasitas kecil, membuatnya kesulitan saat cruising.
Walau tanpa takometer, kami merasa putaran mesinnya di kecepatan 100 km/jam cukup tinggi.