Otoseken.id - RPM mesin mobil naik turun? Begini cara mengatasinya, pemilik harus tahu nih penyebabnya karena apa.
Mungkin pemakaian mobil 3 – 4 tahun dari kondisi baru, masih belum memperlihatkan gejala-gejalan aneh.
Biasanya setelah lepas masa garansi atau pemakaian di atas 4 tahun, mulai muncul deh satu-persatu masalah.
Apalagi bila mobil kesayangan mulai jarang diperhatikan atau servis rutin ke bengkel.
Baca Juga: Ngeri Banget, Ini Komplikasi Yang Bisa Dialami Bila Mesin Mobil Sering Overheat
Salah satunya adalah gejala engine hunting, alias putaran mesin atau rpm yang tidak stabil?
Cirinya, putaran mesin atau rpm yang turun naik secara tidak normal.
Hal tersebut tentunya akan membuat pengemudi jadi kurang nyaman, lantaran bisa kesulitan dalam mengendalikan laju mobil pada putaran rendah.
Selain itu, juga dapat menyebabkan perpindahan tuas transmisi kurang lembut.
Sejatinya putaran mesin atau rpm ditentukan oleh dua faktor utama, yaitu jumlah pasokan bahan bakar serta udara yang masuk ke ruang bakar.
Baca Juga: Wajib Tahu, Ini Yang Terjadi Jika Valve Body Transmisi Mobil Matik Mengalami Kerusakan
Kalau dua faktor tersebut tidak konstan saat mesin bekerja maka putaran mesin atau rpm juga akan mengalami kendara.
Menurut Dhaniar, Service Advisor Auto2000 Permata Hijau, Jakarta Selatan, ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan putaran mesin (rpm) naik turun tidak normal, seperti berikut ini!
1. ISC atau Idle Speed Control
ISC tugasnya sebagai aktuator dalam sistem injeksi, yang mengatur kondisi idle putaran mesin. ISC memanfaatkan katup buka tutup saluran idle (solenoid valve).
Baca Juga: Ngeri Banget, Ini Komplikasi Yang Bisa Dialami Bila Mesin Mobil Sering Overheat
“Biasanya kalau rpm turun naik, bisa disebabkan ISC kotor, sehingga mengganggu kerja solenoid. Solusinya, ISC dicopot lalu dibersihkan. Sensor ini wajib dicek dan dibersihkan setiap perawatan berkala 10 ribu km. Namun bila sudah dibersihkan masih saja bermasalah, barulah diganti,” katanya.
2. Sensor Mass Air Flow (MAF) dan Manifold Absolute Pressure (MAP)
Sensor yang pertama disebut (MAF), bekerja mendeteksi jumlah pasokan udara yang masuk ke mesin menggunakan kecepatan aliran.
Nah, lantaran posisinya berada di di area saringan udara, sensor ini rentan kotor. Pembacaan sensor MAF pun jadi tidak akurat, sehingga rpm mesin tidak stabil.
Begitu juga sensor MAP, yang bertugas mengetahui kondisi kevakuman di intake manifold. Jika terjadi malfungsi, maka rpm mesin bisa naik-turun.
3. Throttle Body
Teknologi mesin injeksi terkini sudah mengadopsi sistem drive by wire atau tak lagi menggunakan kawat kabel sebagai koneksi antara pedal gas dan throttle body.
Kini ada motor eletrik yang ditanam pada katup gas. Katup gas bekerja membuka menutup secara otomatis sesuai perintah dari sensor Accelerator Pedal Position (APP).
Kalau bagian servo-nya kotor, ini juga berpotensi membuat putaran mesin menjadi tidak stabil saat idle.
Pengecekan bisa dilakukan dengan membuka bagian throttle body, lalu cek bagian daun katupnya, karena biasanya suka banyak kotoran menempel pada dinding katupnya.
Kalau sudah terlalu banyak, otomatis akan mengganggu kerja sensor.