(Baca Juga: Ini Alasan Toyota Kijang Innova Reborn Tipe V Lebih Diburu dari tipe Q)
Sedangkan ubahan di dalam injector common-rail untuk mengurangi tekanan dari yang menggunakan electrical menjadi tekanan yang tetap, seperti Panther.
Saat dicoba dengan rpm tinggi, Innova yang sudah diubah menjadi diesel konvensional ini sanggup mencapai 5.500 rpm, bahkan bisa menyentuh 6.000 rpm.
"Kalau konsumsi BBM, memang jadi lebih boros, suara lebih kasar kaya Panther atau truk, tapi tenaga dan torsi lebih besar, mencapai 5.500 sampai 6.000 rpm," katanya.
Giok Can juga mempraktikan kalau sistem mesin diesel sistem common-rail yang diubah menjadi konvensional ini tidak ada masalah.
(Baca Juga: Toyota Kijang Innova Pakai Headlamp Angel Eyes Auto Jadi Sultan)
"Asap (knalpot) bersih, kalau asap putih pekat, berarti ada salah di timing-nya," terang Giok Can.
"Mesin juga enggak pincang, cara tesnya hidupkan AC (Air Conditioning) , karena AC itu kan beban, kemudian mainkan power steering, kalau mesin enggak pincang dan rpm stabil berarti mesin normal," lanjut Giok Can.
Power steering Toyota Kijang Innova masih menggunakan jenis hidrolis, Hidrolis Power Steering (HPS) menggunakn fluida atau cairan, nah yang menggerakkan pompa untuk menyalurkan cairan menuju sistem power steering ini menggunakan mesin.
Untuk menguji mesin pincak atau goyang, dengan menggunakan waterpass atau bisa juga air di botol.
"Kita ambil air di botol lalau taruh di atas mesin, kalau pasang AC dan power steering, mesin yang pincang bisa dilihat airnya dia akan goyang, enggak stabil, begitupun kalau di RPM tinggi, air masih stabil," tutup Giok Can.
Editor | : | ARSN |
KOMENTAR