Otoseken.id - Selang 1 tahun, tepatnya di tahun 2008, PT General Motor Autoworld Indonesia selaku ATPM Chevrolet, merilis Captiva diesel dengan embel-embel Captiva 2.0 VCDi.
Irit, irit, dan irit, itulah yang ditawarkan mesin rancangan Rudolf Diesel ketimbang mesin bensin. Karakter tenaga besar di putaran mesin rendah membuat mesin dapat bekerja lebih efisien.
Teknologi common-rail pada diesel Captiva ini mampu memberikan tekanan injektor hingga 1.600 psi. Hal itulah yang membuat mesin Captiva butuh bahan bakar diesel berkualitas.
Dengan bahan bakar lebih ‘encer’ dari bahan bakar diesel biasa, kinerja injector pump makin ringan dalam proses pengabutan solar di ruang bakar.
Baca Juga: Awas Dapat Unit Busuk, Begini Cara Cek Chevrolet Captiva Diesel Bekas
Selain itu, penerapan Variable Geometric Turbocharger (VGT) menjadi kelebihan Captiva diesel dari kompetitornya.
Teknologi ini membuat proses pemampatan udara segar dapat diatur sesuai tekanan yang diperlukan pada rentang rpm tertentu. Ini jelas berdampak pada tenaga mesin yang dihasilkan.
Mesin Captiva diesel berkapasitas 1.991 cc 4 silinder ini mampu menggelontorkan torsi puncak 320 Nm pada 2.000 rpm dan tenaga 150 dk.
Hasilnya, kemampuan akselerasi Captiva diesel cukup memukau. Decitan roda depan sebagai penggerak kerap terjadi sebagai indikasi kuatnya torsi yang dihasilkan.
Performa Captiva diesel pun terbukti saat akselerasi 0-100 km/jam, mampu mencatat 10,5 detik, dengan power to weight ratio mencapai 12 kg/dk.
Soal konsumsi BBM, Captiva diesel mampu mencatat konsumsi bbm 9,7 km/l pada rute kombinasi. Cukup lumrah, mengingat SUV Captiva diesel telah menerapkan transmisi otomatis 5-percepatan Tiptronic dengan mode manual.
Meski dilengkapi dengan mode manual, efek engine brake tidak terlalu besar. Alhasil, kerja rem tetap berat saat melaju di jalan menurun yang cukup panjang.
Baca Juga: Penyakit Chevrolet Captiva, Sepele Tapi Bisa Sampai Belasan Juta
Tapi dengan bantuan ABS, EBD dan BA, rem Captiva mampu menghentikan mobil berbobot 1.835 kg ini dalam 48,3 meter dari kecepatan 100 km/jam.
Soal penampilan, Captiva diesel tak memiliki ciri yang mencolok ketimbang variannya bermesin bensin. Hanya emblem VCDi bodi di samping yang menjadi pembeda. Selebihnya, suara mesin ketika mesin bekerja.
Baca Juga: Sejarah Chevrolet Captiva, Jadi Pendongkrak Penjualan Chevrolet di Indonesia
Pun begitu dengan interior. Jok kemudi dilengkapi height adjuster dan lumbar support plus setir dengan pengatur tilt.
Sayangnya, kelengkapan fitur ini belum mampu memberikan posisi duduk ideal bagi pengemudi. Datarnya lapisan jok, membuat paha pengemudi terasa kurang nyaman.
Tapi di sektor kenyamanan, suspensi terasa pas dan memberi balans yang baik antara kenyamanan dan kestabilan.
Meski di jalan rusak atau ketika dipacu hingga 150 km/jam di jalan bebas hambatan, Captiva tetap terasa mantap.
Fitur penunjang lainnya juga cukup memadai sebagai sebuah SUV. AC double blower di bangku baris ketiga, menjamin kesejukan merata di kabin SUV 7-seater ini.
Saat tidak digunakan, bangku baris ketiga pun dapat dilipat rata. Cup holder hadir di tiap baris bangku dengan tempat penyimpanan yang cukup banyak.
Pengatur ketinggian headlamp proyektor cukup membantu memberi kemudahan ketika berada di jalan sempit atau perjalanan keluar kota.
Dengan harga Rp 289,5 juta plus kapasitas 7-seater pada saat itu, fitur memadai serta suspensi empuk, Captiva diesel patut diperhitungkan.
Kini Chevrolet Captiva 2.0 VCDi diesel harganya makin terjangkau, keluaran awal tahun 2008 pasarannya sudah Rp 80 jutaan.
Baca Juga: Chevrolet Captiva Diesel Bekas di Bawah Rp 150 Juta, Ini Pilihannya
Editor | : | optimization |
Sumber | : | Auto Bild Indonesia |
KOMENTAR