Hal ini dikarenakan sistem transmisi CVT yang serba elektrik yang dikontrol oleh komputer. Kecuali mobil tersebut sudah disematkan fitur tiptronic dengan paddle shift.
Disamping itu, "Transmisi CVT kalau rusak biaya perbaikannya lebih mahal. Biasanya di CVT kalau ada yang rusak, komponen yang bermasalah bisa merambat ke komponen lain," terang Hermas lagi.
Contoh ketika sabuk bajanya putus saat mobil dikendarai, serpihannya bisa merusak bagian lain.
Dan apesnya lagi, bila sabuk baja putus mesti ganti satu set dengan pulinya, tidak bisa belt bajanya saja.
Kemudian karena transmisi CVT umumnya dirancang untuk daerah perkotaan yang jalannya cenderung datar, banyak yang menuding umur CVT akan lebih pendek jika sering dibawa ke tempat menanjak, atau mobil sering digeber secara spontan.
Hal tersebut lantaran sabuk bajanya dianggap tak sekuat planetary gear pada AT konvensional dalam menerima beban.
Namun menurut Bonar Pakpahan, Product Expert PT Hyundai Motor Indonesia (HMID), lain soal jika menggunakan jenis rantai seperti yang diaplikasi pada low SUV terbaru Hyundai, yakni Creta.
“Creta menggunakan jenis chain pulley system pada transmisi IVT-nya (Intelligent Variable Transmission).”
“Rantai ini disusun sedemikuian rupa jadi seperti sabuk baja. Lebih kuat dibanding sabuk baja pada umumnya,” yakinnya.
Editor | : | ARSN |
Sumber | : | Otomotifnet.com |
KOMENTAR