Ingat Lagi Proyek Mobil Nasional Timor, Rebadge KIA Sephia, Hingga Toyota Gugat ke WTO

Abdul Aziz Masindo - Sabtu, 28 Agustus 2021 | 17:06 WIB

Sedan Timor (Abdul Aziz Masindo - )

Otoseken.id - Sebagai Mobil Nasional (mobnas) nama Timor menjadi merek yang fenomenal sekaligus menjadi kontroversi hingga produsen otomotif Toyota menggugat masalah ini ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).

Timor sendiri memiliki kepanjangan Teknologi Industri Mobil Rakyat, pada saat itu Indonesia bangga karena memiliki MobNas (Mobil Nasional), tapi kehadiran Timor juga banyak kritik dan kontroversi.

"Mobil Timor kalau diceritai mah ada kontroversinya, kontroversinya dia kan mobil yang diimpor utuh dari Korea Selatan, kalau di Korea sana namanya KIA Sephia," buka Hendra Susanto, mantan pegawai Timor sekaligus pendiri KOI (Timor-er Korea Otomotif Indonesia).

Kita ingat lagi sejarahnya lagi, Keinginan membuat dan memasarkan Mobnas untuk swadaya kendaraan dalam negeri membuahkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 2 Tahun 1996 tentang Pembangunan Industri Mobil Nasional yang diteken Presiden Soeharto.

Baca Juga: Cari Spare Part Timor, Mampir ke Bengkel Spesialis Timor di Ciputat

Dalam instruksi tersebut terdapat perintah kepada Menteri Perindustrian dan Perdagangan Menteri Keuangan, dan Menteri Negara Penggerak Dana Investasi/Ketua Badan Koordinasi untuk melancarkan dan mempermudah proses kelahiran mobnas yang memiliki unsur, mengenakan merek sendiri, serta diproduksi dan menggunakan komponen dalam negeri.

Proyek tersebut kemudian ditangani oleh putra bungsu Soeharto bernama Hutomo Mandala Putra (Tommy Soeharto) yang akhirnya mendirikan PT Timor Putra Nasional (TPN) sebagai produsen mobnas secara massal.

Dok. OTOMOTIF
Timor S515 saat peluncuran di Sarinah pada 8 Juli 1996

Lewat instruksi tersebut, konsep produksi Mobnas lahir, meskipun awalnya TPN impor ribuan mobil dari KIA di Korea Selatan dan melakukan rebadge dengan merek Timor di Indonesia. Dalam regulasi itu juga melahirkan keputusan negara yang berat sebelah karena menyebabkan kompetisi tidak adil.

Ini membuat Perusahaan otomotif lain kala itu yang punya izin jualan di Indonesia lantas merongrong.

Baca Juga: Mengingat Mazda MR90, Calon Mobil Nasional yang Tak Disetujui

Bayangkan saja, selain TPN milik Tommy Soerharto, semua merek otomotif yang berbisnis di Indonesia wajib membayar pajak 100 persen. Hasilnya, harga baru mobil Timor saat itu hanya setengah dari mobil normal, jauh lebih murah.

Situasi tidak adil ini membuat Toyota sebagai salah satu produsen otomotif terbesar yang bermain di pasar otomotif Indonesia merasa dirugikan dan membawa masalah ini sampai ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).