Otoseken.id - Jangan ditunda ya, jika mobil matik kesayangan masuk 40.000 km harus servis bagian ini biar nantinya gak nyesal.
Sebagai pemilik mobil kita wajib tahu cara merawat dan menjaga mobil kita.
Apa tujuannya? Bila perawatan mobil dilakukan dengan baik, durability komponen maupun spare part yang ada di mobil akan lebih awet dan tidak mudah rusak tentunya.
Tapi untuk melakukan perawatan ini memang bukan hal yang mudah bagi semua orang, apalagi bagi yang awam atau belum mengerti mesin.
Tapi itu bukan alasan kita jadi cuek terhadap perawatan mobil kesayangan.
Toh bisa manfaatkan layanan servis dari bengkel resmi maupun umum.
Karena biasanya pihak bengkel, terutama bengkel resmi, akan kasih masukan mengenai part apa saja yang mesti diganti saat mencapai batas pemakaian tertentu.
Oiya, selain oli mesin, filter oli dan sebagainya, bila Anda bingung soal part mana lagi yang mesti diganti, tinggal lihat buku servis.
Hampir setiap merek mobil, terutama untuk mobil-mobil keluaran terkini, memberlakukan servis rutin setiap jarak tempuh 10 ribu kilometer (km), atau maksimal tiap 6 bulan sekali, mana yang dicapai lebih dulu.
Tapi setelah beberapa kali servis rutin tadi, ketika jarak tempuh kendaraan sudah menunjukan angka 40.000 km atau kelipatannya, treatment servisnya mesti yang plus-plus.
Tak cukup hanya sekadar ganti oli mesin saja, masih ada beberapa komponen lagi yang mesti diganti.
Oke, kali ini Otomotifnet.com akan jabarkan part apa saja yang wajib diganti pada jarak tempuh kelipatan 40.000 km, agar mobil Anda bisa “selamat” dari kerusakan.
Bahan praktiknya di mobil Suzuki Ertiga keluaran 2016.
“Part yang harus diganti saat servis di 40.000 km atau kelipatannya yaitu filter oli, busi, filter udara, oil gasket, oli mesin, oli trasnmisi, minyak rem, radiator coolant, filter AC dan lakukan engine flushing,” beber Ari, Service Advisor bengkel resmi Suzuki Bintaro sektor 7, Tangsel.
Masih kata Ari, ada lagi item servis yang paling krusial untuk dilakukan di kelipatan 40.000 km dan tidak bisa ditawar, yaitu kuras oli transmisi matik untuk yang mobil bertransmisi otomatis, khususnya jenis torque converter.
“Soalnya ada pengguna mobil yang sampai 80.000 km tidak dikuras oli matiknya, muncul trouble code, lalu ada indikator nyala."
"Saat dicek pakai alat diagnostic, masalahnya dari solenoid, body valve sampai output sensor,” beber Ari.
Baca Juga: Waduh, Mobil Matik Konvensional Jangan Isi Oli CVT, Ini Risikonya
Gelaja lain dari pemakaian sehari-hari dari posisi P ke D terjadi hentakan yang keras atau abnormal.
Malah yang ekstrem mobil jadi tidak bisa jalan ketika diinjak pedal gas.
Pada putaran 2.500 rpm baru bisa jalan, jadi terjadi delay saat melaju.
Ada juga gara-gara telat kuras oli transmisi, kerusakan terjadi pada penggunakan OD (over drive) di tuas transmisi.
Jadi ketika posisi OD ON dan transmisi berada di gigi 3, tidak terjadi perpindahan ke gigi selanjutnya.
Alhasil membuat putaran mesin menggerung karena tidak terjadi perpindahan gigi secara otomatis.
Waduh, jangan sampai deh mobil kesayangan Anda mengalami hal-hal tersebut.
Baca Juga: Biar Gak Cepat Jebol, Begini Cara Mengoperasikan Mobil Matik di Tanjakan