Otoseken.id - Ford Everest TDCi generasi kedua sudah menggunakan sistem common-rail, berkapasitas mesin 2.500 cc.
Injektor bekerja menggunakan teknologi solenoid atau elektrik yang diaktifkan oleh arus listrik yang diatur oleh komputer atau ECU.
ECU tersebut juga mengatur jumlah bahan bakar diesel atau solar yang akan disemprotkan berdasarkan lamanya nosel membuka atau timing.
ECU juga bekerja berdasarkan informasi yang diterima oleh sensor-sensor seperti putaran mesin, aliran udara, kecepatan mobil, posisi pedal gas, tekanan turbo, dan sebagainya.
(Baca Juga: ECU Rusak, Toyota Innova Diesel Common-rail Diubah jadi Konvensional, Begini Prosesnya)
Nah salah satu mobil diesel common-rail ini turun mesin (overhaul engine) akibat arus listik yang masuk ke Injektor terlalu besar.
"Ford Everest ini turun mesin akibat arus listrik ke salah satu injektor common-rail ketinggian," ungkap Giok Can, pemilik bengkel Betawi Diesel di Batuceper, Tangerang.
Arus listrik yang diterima injektor commob-rail ini diatur oleh ECU, namun setelah diperiksa, ECU lah yang mengalami masalah.
"Yang mengatur kelistrikan ke injektor common-rail kan ECU, nah itu ECU-nya yang error," terang Giok Can.
(Baca Juga: Ford Ecosport 2014, Kilas Balik SUV Tangguh Menyenangkan, Layak Jadi Pilihan?)
"Yang menyebabkan ECU error bermacam-macam bisa jadi korsleting, atau kena air, itu kemungkinan penyebabnya," lanjut Giok Can.
Akibat ECU yang ngaco, komponen pada mesin yaitu metal jalan mengalami kerusakan, dan harus dilakukan penggantian spare parts.
"Ini berdampak ke metal jalan, kerusakan metal jalan, kerusakan mesin kasar, suara 'tek- tek tek' paling terdengar di bawah, kalau kita ngolong itu terdengar banget," katanya.
"Kalau hanya ganti metal jalannya saja, di kemudian hari akan begini lagi, tapi harus kita urut penyebabnya dan masalahnya di injektor common-rail dan ECU nya," tutup Giok Can.