Tanggapi DFSK Glory 580 CVT 2018 Tak Kuat Nanjak, Ini Kata Ahli Transmisi Matik

Radityo Herdianto,Abdul Aziz Masindo - Sabtu, 5 Desember 2020 | 13:18 WIB

Ilustrasi DFSK Glory 580 (Radityo Herdianto,Abdul Aziz Masindo - )

Otoseken.idSebanyak 7 pemilik DFSK Glory 580 Turbo CVT produksi 2018, menggugat PT Sokonindo Automobile (DFSK) terkait kendala saat mobil melintas di tanjakan.

Kendala saat melintas di tanjakan baik itu dalam kondisi kemacetan yang menanjak (Stop & Go), perjalanan luar kota, dan di parkiran mall.

"Terkait dengan ketidaknyamanan yang dialami oleh konsumen DFSK Glory 580, kami akan berusaha sebaik mungkin untuk menyelesaikan permasalahan hukum ini sebaik-baiknya serta kami juga akan menyelesaikan keluhan yang dialami konsumen," kata Achmad Rofiqi, PR & Media Manager PT Sokonindo Automobile dalam keterangan resminya.

Namun saat dihubungi, Achmad Rofiqi, masih enggan memberikan informasi detail mengenai masalah yang menjadi keluhan 7 konsumen DFSK Glory 580 Turbo CVT yang tidak kuat nanjak ini.

Baca Juga: Tips Beli Toyota Land Cruiser J80 Bekas, Komponen Ini Butuh Perhatian

Nah, menanggapi hal tersebut, pakar transmisi otomatis, Hermas Efendi Prabowo selaku owner bengkel spesialis Worner Matik memberikan tanggapan.

Menurut Hermas, masalah di DFSK Glory 580 Turbo CVT produksi 2018 ini bisa berasal dari 2 faktor yang berasal dari komponen transmisi CVT.

"Apakah ini kasuistik atau memang menjadi karakter transmisi CVT mobil tersebut," buka Hermas yang dikutip dari GridOto.com.

"Karena saat melewati tanjakan, transmisi otomatis mobil berperan sepenuhnya sebagai penyalur tenaga mesin untuk menggerakan roda," lanjut Hermas.

Baca Juga: Isuzu MU-X 2015 Seken December 2020, Varian 4x2 A/T Cuma Segini

Jika kasuistik, bisa saja disebabkan adanya kegagalan kerja dari satu atau lebih komponen vital yang mengendalikan atau dikendalikan transmisi CVT secara keseluruhan.

Seperti sensor primary dan secondary pulley yang terlalu membatasi besarnya tekanan oli transmisi untuk menciptakan rasio gigi rendah dari sabuk baja sehingga mobil kesulitan melaju di tanjakan.

"Kalau memang bawaan karakter transmisi CVT mobil itu, bisa saja ada kegagalan rancangan atau produksi di awal," ungkap Hermas.

Hermas menyoroti kemampuan transmisi CVT secara umum memang tidak sebaik transmisi otomatis konvensional dalam hal menghadapi medan jalan berat.

Baca Juga: Honda HR-V 1.5 E CVT 2015, Harganya Sudah di Bawah Rp 200 Juta

Sebab perangkat pulley dan sabuk baja tidak bisa menciptakan torsi puncak dari rasio gigi rendah sebaik sistem gigi planet (planetary gear) pada transmisi otomatis konvensional (torque converter).

Transmisi CVT dirancang untuk lebih mengejar kenyamanan dari kehalusan perpindahan gigi dan efisiensi bahan bakar dengan menjaga putaran mesin tetap rendah dalam kecepatan berapapun dari rasio gigi yang luas dan nyaris tak terbatas.

"Tapi kalau sekadar lewat tanjakan tempat parkir atau medan ringan saja tidak bisa itu sangat keterlaluan," ujar Hermas sambil tertawa.