Baca Juga: Bukan Cuma Pertamina, Shell dan BP-AKR Juga Ada Penyesuaian Harga Per 1 Maret 2023
Hal ini diungkapkan oleh Tri Yuswidjajanto Zaenuri, ahli konversi energi dari Fakultas Teknik dan Dirgantara Institut Teknologi Bandung (ITB), menurutnya masing-masing jenis BBM (Bahan Bakar Minyak) memiliki kadar deterjen yang berbeda-beda atau bahkan tidak ada sama sekali.
Meskipun dengan mencampur dua jenis BBM dengan oktan yang berbeda bisa mendapatkan kadar oktan sesuai keinginan dengan harga yang lebih rendah. Namun di sisi lain terjadi juga pengenceran dan penurunan kadar aditif deterjen dalam BBM campuran tersebut.
"Makanya, meskipun secara oktan kita dapat ketika mencampur (BBM oktan rendan dan tinggi), tapi bahaya depositnya justru naik," jelas Tri Yuswidjajanto Zaenuri dalam acara Ngovi (Ngobrol Virtual) yang digelar OTOMOTIF Group.
Pria yang akrab disapa Yus ini menambahkan, munculnya deposit ini dapat menyebabkan macetnya pompa bahan bakar, tabrakan antara katup dengan piston, kurangnya kompresi, hilangnya tenaga mesin, serta konsumsi bahan bakar yang boros.
Sedangkan setiap jenis BBM mengandung senyawa yang dapat menyebabkan deposit atau kerak pada mesin, misalnya senyawa olefin dan aromatik. Untuk mencegah timbulnya kerak tersebut, produsen BBM sudah menambahkan aditif deterjen.
Deterjen memiliki kadar optimum agar dapat bekerja secara efektif. Jumlah deterjen yang tak sesuai, dapat minimbulkan pembentukan kerak semakin banyak.
Jadi lebih baik, jangan mencampurkan BBM yang berbeda dan gunakan BBM yang sesuai dengan kebutuhan mesin sesuai yang dianjurkan oleh pabrikan kendaraan.
Baca Juga: Indikator Peringatan BBM Sudah Menyala, Mobil Masih sanggup Jalan Berapa Kilometer?
Editor | : | ARSN |
KOMENTAR