Selain itu, menurut Hermas mobil bertransmisi CVT kurang andal jika dipakai di rute yang banyak tanjakan ekstrim, artinya lebih cocok digunakan di perkotaan atau tanjakan ringan.
"Misalnya mau pergi ke kota-kota atau daerah tanjakan yang enggak ekstrim gapapa lah, tapi kalau mau ke daerah yang tanjakannya ekstrim hindari pakai mobil CVT, pakai mobil lain yang lebih mendukung itu," jelas Hermas.
"Kerja keras itu membuat sabuk baja rentan melar atau rusak, sementara tekanan oli itu untuk membangun perubahan rasio pully CVT itu Ia tidak bisa mengikuti kemauan si sabuk baja, jadi potensi loss itu lebih besar," tambahnya saat diwawancarai di bengkelnya yang terletak di Bintaro, Tangerang Selatan.
Terakhir soal perawatan.
Baca Juga: Jangan Asal-asalan, Ini 6 Tips Menyetir Mobil Matik Supaya Transmisi Lebih Awet
Selain dari pemakaian transmisi CVT yang bijak, perawatan dengan mengganti oli yang rutin dapat membuat umur transmisi matik CVT panjang.
"Dari sisi perawatan hanya penggantian oli rutin, diharapkan itu menjadi komponen transmisi khususnya CVT jadi lebih awet," ujarnya
"Anjuran ganti oli transmisi CVT di perkotaan saya menganjurkan 25 ribu kilometer flushing, saya nganjurin karena oli yang bagus bisa lebih awet daripada oli jelek," katanya.
Sebab jika CVT tidak dirawat dengan benar dan memakainya secara asal-asalan, biaya perbaikan transmisi matik lebih mahal.
Baca Juga: Sebelum Pilih Mobil Matik CVT, Simak Dulu Kelebihan dan Kekurangan CVT
"Dari biaya, jarang sekali kita temui AT konvensional terjadi kerotokan komponen matik, kecuali terjadi perintah cltuch yang bertentangan, tetapi pada CVT assy baik pully atau sabuknya itu, rentan banget," tutur Hermas.
"Sebab antara pully CVT dan sabuk jadi satu kesatuan, jadi kalau pully-nya kena sabuknya kena, sabuknya kena pully nya kena, dan gantinya mesti satu set, nah satu set ini bikin biaya perbaikan yang mahal, harus diganti tidak bisa diperbaiki dan harus yang asli," tutup Hermas Efendi Prabowo selaku pemilik bengkel spesialis matik Worner Matic.