Otoseken.id - PT Toyota Astra Motor (TAM) baru saja meluncurkan All New Avanza dan All New Veloz generasi terbaru hari ini, Rabu (10/11/21).
"Setelah 18 tahun hadir sebagai bagian dari keluarga Indonesia, hari ini kami dengan bangga meluncurkan All New Avanza dan All New Veloz untuk konsumen di Tanah Air," ucap Henry Tanoto selaku Vice President TAM dalam keterangan resminya.
Jika Toyota Avanza dan Veloz dari sejak awal peluncuran mengandalkan transmisi matik konvensional, kali ini Toyota menyematkan transmisi matik jenis CVT (Continuously Variable Transmission) di LMPV andalan mereka.
Transmisi matik CVT yang digunakan All New Avanza dan All New Veloz ini bukanlah murni CVT, melainkan dual mode seperti yang digunakan pada Toyota Raize.
Baca Juga: Toyota Avanza dan Xpander Baru Pakai Matik CVT, Ahli Matik Bilang Gini
Dimana teknologi ini menggabungkan antara matik CVT dengen penggerak sabuk baja untuk kecepatan bawah, dan matik konvensional yang berbasis plenatary gear set yang digunakan saat di kecepatan tinggi.
Hermas Efendi Prabowo selaku pemilik bengkel spesialis matik Worner Matic mengatakan, transmisi matik jenis CVT butuh perhatian, khususnya soal perawatan dan cara mengemudinya.
"Yang pertama pola berkendara harus yang baik, kalau di lampu merah geser tuas transmisi dulu, baru turunin hand rem, jangan kebalik, hand rem dulu baru tuas, karena ada waktu jeda yang enggak kekejar di situ," buka Hermas.
Ia menyarankan untuk memberikan jeda 1 detik setelah memindahkan tuas transmisi dari N ke D sebelum injak pedal gas.
Baca Juga: Cara Gampang Bikin Awet Transmisi CVT, Bisa Sampai Ratusan Ribu KM
Begitupun pada saat mobil mundur dan ingin melaju kembali, pastikan mobil benar-benar berhenti terlebih dahulu, sebelum memindahkan tuas transmisi ke D.
"Kadang kita mau maju atau mundur kalau mau parkir buru-buru, time engagement-nya enggak kita tunggu dulu, padahal dia butuh waktu 1 detik, akibatnya tekanan oli belum benar-benar sempurna mendukung kerja CVT itu, lama-lama menimbulkan gesek yang berlebihan," jelas Hermas.
Selain itu, menurut Hermas mobil bertransmisi CVT kurang andal jika dipakai di rute yang banyak tanjakan ekstrim, artinya lebih cocok digunakan di perkotaan atau tanjakan ringan.
"Misalnya mau pergi ke kota-kota atau daerah tanjakan yang enggak ekstrim gapapa lah, tapi kalau mau ke daerah yang tanjakannya ekstrim hindari pakai mobil CVT, pakai mobil lain yang lebih mendukung itu," jelas Hermas.
"Kerja keras itu membuat sabuk baja rentan melar atau rusak, sementara tekanan oli itu untuk membangun perubahan rasio pully CVT itu Ia tidak bisa mengikuti kemauan si sabuk baja, jadi potensi loss itu lebih besar," tambahnya saat diwawancarai di bengkelnya yang terletak di Bintaro, Tangerang Selatan.
Terakhir soal perawatan.
Baca Juga: Jangan Asal-asalan, Ini 6 Tips Menyetir Mobil Matik Supaya Transmisi Lebih Awet
Selain dari pemakaian transmisi CVT yang bijak, perawatan dengan mengganti oli yang rutin dapat membuat umur transmisi matik CVT panjang.
"Dari sisi perawatan hanya penggantian oli rutin, diharapkan itu menjadi komponen transmisi khususnya CVT jadi lebih awet," ujarnya
"Anjuran ganti oli transmisi CVT di perkotaan saya menganjurkan 25 ribu kilometer flushing, saya nganjurin karena oli yang bagus bisa lebih awet daripada oli jelek," katanya.
Sebab jika CVT tidak dirawat dengan benar dan memakainya secara asal-asalan, biaya perbaikan transmisi matik lebih mahal.
Baca Juga: Sebelum Pilih Mobil Matik CVT, Simak Dulu Kelebihan dan Kekurangan CVT
"Dari biaya, jarang sekali kita temui AT konvensional terjadi kerotokan komponen matik, kecuali terjadi perintah cltuch yang bertentangan, tetapi pada CVT assy baik pully atau sabuknya itu, rentan banget," tutur Hermas.
"Sebab antara pully CVT dan sabuk jadi satu kesatuan, jadi kalau pully-nya kena sabuknya kena, sabuknya kena pully nya kena, dan gantinya mesti satu set, nah satu set ini bikin biaya perbaikan yang mahal, harus diganti tidak bisa diperbaiki dan harus yang asli," tutup Hermas Efendi Prabowo selaku pemilik bengkel spesialis matik Worner Matic.