"Kalau untuk girboks dan kopel biasanya sih selalu ada yang bisa dikawinkan atau diakali untuk masuk ke kombinasi mobil dan mesin barunya," ujarnya.
Tentu saja setiap modifikasi ada plus dan minusnya, tak terkecuali proses engine swap."Kalau plus, secara umum biasanya customer mengganti mesin bawaan dengan mesin yang lebih besar. Jadi keunggulan pertama pastinya tarikan mobil jadi lebih bertenaga," tukasnya.
Selain penggantian unit mesin dengan yang lebih besar, ada juga beberapa praktek engine swap yang sekadar meremajakan mesin dengan yang lebih muda.
"Mesin lebih muda jadi tak terlalu sering rewel. Spare parts pun lebih banyak tersedia karena mesinnya masih relevan di bengkel resmi," ungkap Mashadi.
(Baca Juga: 7 Pilihan Oli Mesin Diesel, Mulai Dari Rp 180 Ribu, Shell Rimula Hingga TMO Diesel)
Namun, setiap proses engine swap tak selamanya mulus dan lancar-lancar saja.
"Kalau bicara minus yang pertama adalah di proses trial and error si mesin barunya. Ada kemungkinan harus ganti ini, atau ganti itu. Jadi makan dana," sebut pria ramah tersebut.
"Lalu kalau beli mesinnya seken, kan enggak ketahuan tuh kondisi mesinnya. Harus kita belah dulu. Kalau tahunya bermasalah entah pernah kena banjir atau gimana, ya rugi kan beli mesinnya," tambahnya.
Bicara soal pasca proses engine swap, Mashadi meyakini apabila semua rangkaian dan komponen berjalan dengan baik, mobil masih bisa tetap nyaman dan bekerja tanpa masalah.
Editor | : | ARSN |
KOMENTAR